Berikut adalah ringkasan tentang kebangkitan Partai Nazi dan bagaimana Adolf Hitler mengembangkan serta memimpin partai tersebut:
Awal Mula dan Bergabungnya Hitler
Pasca-Perang Dunia I: Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I dan kondisi yang sulit akibat Perjanjian Versailles, banyak orang Jerman merasa marah dan tertekan. Suasana ini menciptakan peluang bagi gerakan politik radikal.
Bergabung dengan DAP: Pada tahun 1919, Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Jerman (DAP), yang merupakan cikal bakal Partai Nazi. Ia segera menunjukkan bakatnya dalam berpidato dan menarik perhatian.
Rebranding Menjadi NSDAP: Pada tahun 1920, partai diubah namanya menjadi Partai Nasional Sosialis Pekerja Jerman (NSDAP), atau Partai Nazi. Hitler menjadi salah satu pemimpin utama dan memfokuskan ideologi partai pada nasionalisme ekstrem dan anti-Semitisme.
Strategi Pengembangan Partai
Propaganda dan Orasi: Hitler sangat terampil dalam menggunakan propaganda. Ia sering memberikan pidato yang mengobarkan semangat nasionalisme dan menyalahkan kelompok tertentu, terutama orang Yahudi, atas masalah yang dihadapi Jerman.
Penggunaan Simbol: Hitler dan partai mengadopsi simbol-simbol yang kuat, seperti swastika, yang menjadi identitas visual Partai Nazi. Mereka juga menciptakan ritus dan tradisi yang menguatkan rasa solidaritas di antara anggotanya.
Organisasi dan Struktur: Hitler membangun struktur organisasi yang disiplin dalam partai, dengan menciptakan kelompok paramiliter seperti Sturmabteilung (SA) untuk melindungi anggota partai dan menakut-nakuti lawan politik.
Puncak Kebangkitan
Krisis Ekonomi: Krisis ekonomi besar yang melanda Jerman pada akhir 1920-an memberikan dorongan besar bagi Partai Nazi. Mereka menjanjikan pekerjaan dan perbaikan kondisi ekonomi, menarik banyak pemilih.
Pemilihan Umum: Dalam pemilihan umum pada tahun 1932, Partai Nazi menjadi partai terbesar di Reichstag (parlemen Jerman), meskipun tidak memiliki mayoritas mutlak. Popularitasnya meningkat pesat di seluruh Jerman.
Penggunaan Kekerasan: SA digunakan untuk mengintimidasi oposisi dan mengamankan basis dukungan. Ini membantu menciptakan suasana ketakutan yang mendukung agenda politik Nazi.
Merebut Kekuasaan
Pelantikan sebagai Kanselir: Pada 30 Januari 1933, Hitler dilantik sebagai Kanselir Jerman. Ini terjadi setelah negosiasi politik yang melibatkan elite konservatif yang percaya bahwa mereka bisa mengendalikan Hitler.
Konsolidasi Kekuasaan: Setelah dilantik, Hitler dengan cepat mengambil langkah-langkah untuk mengkonsolidasikan kekuasaan. Ia menggunakan Kebakaran Reichstag sebagai alasan untuk mengeluarkan Undang-Undang Keadaan Darurat, yang membatasi kebebasan sipil dan memberikan kekuasaan lebih besar kepada pemerintah.
Eliminasi Oposisi: Dalam waktu singkat, Hitler menyingkirkan semua oposisi politik, mengubah Jerman menjadi negara satu partai. Ini termasuk penangkapan pemimpin oposisi, penutupan media, dan pengambilalihan kontrol atas institusi negara.
Kebangkitan Partai Nazi di bawah kepemimpinan Hitler merupakan kombinasi dari strategi propaganda yang cerdas, penggunaan krisis sosial dan ekonomi, serta taktik kekerasan untuk membungkam lawan. Dalam waktu singkat, Hitler berhasil membangun sebuah rezim totaliter yang memiliki dampak besar pada sejarah dunia.